top of page

TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAPPENDIDIKAN IMAN ANAK

Nats : ULANGAN 6:5-9


Kitab Ulangan menceritakan keadaan terakhir bangsa Israel di dalam perkemahan sebelum menyeberangi sungai Yordan dan akan mendiami tanah perjanjian. Musa menasehatkan bangsa Israel agar tetap setia dengan tetap beribadah dan melakukan perintah Allah. Musa juga mengingatkan akan segala perbuatan Allah yang sangat luar biasa untuk membebaskan Israel dari musuh dan sudah dimulai sejak bangsa Israel keluar dari Mesir sampai di perkemahan mereka yang terkahir.

Musa menekankan kepada bangsa Israel bahwa Allah sudah memberkati dan menyertai perjalanan mereka. Musa juga memberitahukan hukum Allah yang harus mereka pelihara. Salah satunya adalah yang ada dalam Ulangan 6: 4 – 5 “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Ini adalah Syema Israel. Adapun yang dimaksud dengan Syema adalah dengarlah. Kata Dengarlah sudah pasti membutuhkan ketekunan dan keseriusan. Jadi adapun yang dimaksudkan dengan syema Israel adalah orang itu dituntut serius terhadap apa yang dikatakan oleh Musa dalam pidatonya. Apakah pengajaran penting yang diajarkan oleh Musa sehingga mengharuskan mereka harus serius mendengar? Dalam Ay. 4b jelas disebutkan bahwa pengajaran yang harus mereka dengar itu adalah bahwa Allah itu Esa. Oleh karena itu Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Adapun yang dimaksudkannya adalah seluruh eksistensi kita mengasihi Allah yang Esa itu dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan. Ajaran ini adalah perintah yang harus diperhatikan dan dilaksanakan bahkan harus diajarkan olelh orang tua secara berulang ulang kepada anak anaknya.

Salah satu tugas dan tanggung jawab orang tua yang sangat utama diberikan Allah adalah mengajar anak anak tentang Firman Tuhan. Karena orang tua adalah guru yang pertama dikenal oleh anak anak di dalam rumahnya. Pendidikan itu dimulai dari dalam rumah. Rumah adalah sekolah yang pertama yang dikenal oleh anak anak. Adapun tujuan pengajaran dari orangtua adalah supaya anak anak mereka menjadi takut akan Tuhan.

Pengajaran akan Allah itu adalah Esa adalah perintah yang harus diperhatikan dan harus diajarkan secara berulang ulang untuk menajamkan spiritual anak sehingga mereka tidak melupan Tuhan yang sudah mengasihi mereka. Kenapa harus diajarkan secara berulang ulang adalah sikap pelupa manusia, ingatan manusia terbatas. Oleh karena itu, perintah itu harus selalu dibicarakan setiap waktu dan dalam situasi apapun, supaya anak anak tetap mengingat bahwa Allah itu adalah Esa yang harus dikasihi dengan segenap hati.

Pada zaman sekarang ada anak yang tidak berhasil bahkan melawan orangtua mengapa hal itu terjadi adalah karena mereka melupakan dan tidak hidup dalam firman Tuhan. Sementara Raja Salomo juga mengingatkan tugas orang tua dalam Amsal 29: 17 mengatakan: “didiklah anak anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu” dan juga didiklah anak anakmu pada jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari jalannya (Amsal 22:6).

Tugas mengajarkankan apa yang diperintahkan oleh Musa harus diperhatikan oleh orang tua dan mengajarkannya berulang ulang kepada anak anaknya dan membicarakanya apabila engkau duduk di

rumahmu, apabila engkau dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. Terkadang tehnologi sudah mengambil alih pembicaraan keluarga, tidak ada kesempatan lagi memperbincangkan yang diimani kepada anak-anak, maka sebenarnya kehidupan tentang Tuhan akan melekat dalam kehidupan orang percaya. Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4). Sebab Allah telah mengaruniakan anak anak ke dalam keluarga untuk diperhatikan, dirawat, dibesarkan dan dididik orang tua sudah mulai dari kandungan. Jadi jika diajari ketika anak masih kanak kanak maka dewasanya akan memegang nilai (keagamaan) yang dia terima. Tetapi tidak sedikit orangtua cenderung hanya mengutamakan pengetahuan Umum sehingga kurang memperhatikan pengetahuan rohaninya. Sehingga banyak anak anak itu bertumbuh dalam ilmu pengetahuan umum yang terkadang bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan.

Sudah sangat jelas bahwa orangtua diperintahkan oleh Allah untuk mengajar, itu berarti adalah orang tua berperan sebagai guru rohani bagi anak anaknya. Untuk menjadi guru rohani bagi anak dan tentu harus terlebih dahulu mempelajari Firman Tuhan ““ Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu” (2 Timotius 2:15). Setiap orang tua yang sudah beriman bertanggung-jawab untuk mengajarkan hukum Allah kepada anak mereka, “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4). Orang-tua yang menjadikan Rumahnya sebagai Tempat pendidikan perintah Allah bagi Anak-anaknya

Rumah bukan hanya sekedar untuk tempat istirahat, tempat berlindung dari panas terik matahari dan dari hujan, tetapi juga sebagai tempat bagi anggota keluarga untuk berkumpul, menyanyikan pujian, berdoa dan mempelajari firman Allah. Orang-tua yang mempergunakan setiap kesempatan untuk mengajarkan perintah Allah kepada anak-anaknya

Dalam mendidik anak, Musa memerintahkan, “.... apabila duduk di rumahmu, apabila sedang dalam perjalanan, dan apabila engkau bangun...” mengajarkan firman Allah itu kepada anak-anak mereka selagi ada kesempatan. Apakah pada waktu duduk, dalam perjalanan mau tidur atau bangun tidur. Orang-tua melihat anaknya melakukan pelanggaran terhadap firman Allah, maka orang-tua itu harus secara konsisten dan mempergunakan kesempatan yang ada untuk menyatakan bahwa perbuatan itu tidak diperkenankan oleh Allah. Imam Eli adalah contoh negatif yang tidak memiliki potret orang-tua yang ketiga ini. Ketika dia melihat anak-anaknya merampas korban-korban bakaran kepada Tuhan, dia memang menegur anak-anaknya tersebut, tetapi tidak konsisten (tidak serius). Tuhan melalui Samuel menegur dan marah kepada Eli, kedua anak Eli-pun (Hopni dan Pinehas) mati (1 Samuel 2:11-36).

Dalam mendidik anak anak secara berulang ulang, Firman Tuhan sangat berperan karena landasan dasar yang digunakan adalah Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah merupakan sumber keselamatan, kebenaran, hikmat dan pengetahuan. “Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.” (Kol. 2:3). Jadi apapun yang diajarkan kepada anak anak adalah harus berdasarkan pada kebenaran firman Tuhan dan harus berulang ulang agar tidak mudah dilupakan.


Pdt. Mei br. Napitupulu, S.Th.

Recent Posts

See All

Penghakiman Terakhir

Nats : Matius 25 : 31-46 Jemaat yang dikasihi Tuhan. Minggu Akhir Tahun Gerejawi, 22 November 2020 mengangkat topik “penghakiman...

Comments


bottom of page