Nats : Mazmur 24:7-10
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Di Minggu, 29 November 2020 ini, kita telah memasuki tahun baru gerejawi, Minggu Advent I, yang berbicara tentang kedatangan Yesus Kristus pada akhir zaman dengan penuh pengharapan. Kata Advent berasal dari bahasa Latin adventus, yang berarti kedatangan. Masa Advent dipahami sebagai masa persiapan menantikan kedatangan Tuhan. Masa Advent meliputi empat hari Minggu sebelum Natal. Masa Advent dirayakan dengan maksud:
Mengarahkan kita sebagai umat beriman, supaya menantikan kedatangan Tuhan yang kedua pada akhir zaman dengan penuh harapan.
Menyiapkan hari Natal, yaitu merayakan kedatangan Yesus, Anak Allah yang Kudus, yang hadir di dunia, di antara umat manusia.
Di Minggu, 29 November 2020 ini juga merupakan hari yang istimewa bagi gereja kita, HKBP Duren Sawit. Mengapa? Karena pada hari ini, gereja kita bersyukur mengingat kebaikan Tuhan dalam penyertaanNya, yang sudah membimbing dan menopang pelayanan HKBP Duren Sawit, selama 42 tahun, yang dibuka sejak 13 Agustus 1978. Di samping itu, gereja kita juga merayakan puncak tahun Pekabaran Injil 2020 dan Pesta Gotilon (perayaan panen / keberhasilan dalam pekerjaan). Semua itu kita imani terjadi hanya karena anugerah Tuhan Allah semata. Oleh karena itu, patutlah kita bersyukur dan menyembahNya, sebagai Tuhan Pencipta alam semesta dan Raja dari segala raja, yang datang dengan penuh keperkasaan dan kemuliaan. Sambutlah Dia dalam hidup mu. Demikianlah seruan khotbah Minggu kita yang tertulis dalam Mazmur 24:7-10.
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Mazmur 24 merupakan mazmur yang khusus dinyanyikan dalam ibadah penyembahan di Bait Allah, sebagai manifestasi dari kesiapan hati umat yang mengaku dan menghargai kedaulatan Allah sebagai Raja Kemuliaan yang berkuasa. Tabut Perjanjian, merupakan simbol kehadiran Allah di tengah berlangsungnya peristiwa ibadah. Menurut LXX (Septuaginta – PL dalam Bahasa Yunani), Mazmur 24 ini merupakan nyanyian respon atas kembalinya Tabut Perjanjian ke Yerusalem. Itu sebabnya dengan penuh kegembiraan, umat merayakan ibadah, dengan pengakuan akan kehadiran Allah, Raja Kemuliaan, yang layak menerima penghormatan.
Daud menyebut Tuhan Mahakuasa sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Penguasa segala sesuatu. Daud bersaksi, “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai” (Mzm. 24:1-2). Dalam kekagumannya, Daud menyatakan bahwa Tuhan memang di atas segalanya, tetapi tetap dapat ditemui secara pribadi (Mzm. 24:.3-4). Kita dapat mengenal Tuhan, dikuatkan oleh-Nya, dan mempercayai Dia untuk berperang bagi kita, karena kita hidup bagi-Nya (Mzm. 24:.8). Ibadah kemudian dilanjutkan dengan pernyataan tekad yang diungkap dalam bentuk pertanyaan, "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" (Mzm. 24:3). Jawabannya adalah umat Tuhan yang hidupnya menyesuaikan diri dengan karakter Tuhan (Mzm. 24:4). Sebab, orang-orang seperti itulah yang akan menerima berkat Tuhan secara berkelimpahan (Mzm. 24:5-6).
Puncak ibadah ini ialah undangan bagi Tuhan Allah untuk bertaktha di bait-Nya yang kudus (Mzm. 24:7-10). Semua siap: pintu-pintu gerbang disuruh mengangkat kepalanya, agar Yang Maha Tinggi dapat masuk. Di dunia kuno, di mana setiap desa dipagari dan setiap kota dilindungi tembok, pintu gerbang menjadi lambang kota serta penduduknya (bnd. Yes. 14:18). Kota Salem itu telah berdiri berabad-abad lamanya; sejauh orang ingat ia ada (Kej. 14:18), ia pun akan berdiri seterusnya sebagai kota Allah (bnd. Yes. 54:1-14; 61:1-12). Mengingat bahwa bait kudus hanya berdiri kira-kira empat abad setengah (960-587), maka rasanya pintu gerbang kotalah yang dimaksudkan. Allah – serta umat yang dikuduskan bagi-Nya untuk hidup dalam kebenaran (Yes.62:10; 26:2; Mzm. 118:19; 100:4) – akan masuk ke dalam kota dan sesudah Salomo mendirikannya juga ke dalam Bait Suci itu.
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Allah menampakkan diri dalam kemuliaan yang melambangkan kuasa dan keagunganNya (bnd. Mzm. 29:3) dan menandai bahwa Ia hadir (di bait suci; bnd. 1 Raj. 8:11, 2 Taw. 5:14; 7:23; Yes. 6:3; 40:5). Allah tertinggi yang dihormati di kota-kota Palestina dan Suriah, seperti di Babel, dipanggil “Raja” dan dikatakan “Mulia”. Besar kemungkinan bahwa pertanyaan: “Siapakah itu Raja Kemuliaan?”, telah diajukan di pintu gerbang Sion sebelum menjadi kota Daud. Namun, sejak Daud, jawabannya berkata: TUHAN YHWH, Allah Israel, jaya dan perkasa seperti seorang pahlawan perang (bnd. Mzm. 66:7; Yes. 34:5-6). Pada pembebeasan dari perbudakan Mesir (Kel. 15:21), perlindungan terhadap Amalek (Kel. 17:15-16), pertolongan terhadap para musuh zaman hakim-hakim (Hak. 5:31; 7:18,20) dan Daud (2 Sam. 5:24). Israel mengenal TUHAN sebagai Dia yang menjamin raungan hidup umat-Nya di Medan peperangan itu.
Kehadiran Tuhan dilambangkan dengan tabut perjanjian: demikianlah umpamanya halnya bilamana TUHAN serta umat-Nya masuk ke tanah suci (Yos. 3-4), merebut kota pertama di situ (Yerikho, Yos. 6) dan menjadikan Yerusalem sebagai kota TUHAN (1 Sam. 6; 1 Taw. 13:1-14), karena di situlah “TUHAN serta tabut kekuatan-Nya mendapat tempat perhentian” (Mzm. 132:8).[1] Sebelum ia dibawa naik ke Yerusalem, tabut itu tinggal di Silo, tempat suci keduabelas suku Israel – yakni dari sejak Yosua (Yos.19:1) sampai Samuel (1 Sam. 1-3). Tabut merupakan semacam takhta yang dilengkapi dengan para kerub – dan/atau menurut tradisi lain suatu peti di mana tersimpan loh-loh batu perjanjian itu – di atas para kerub itu bersemayamlah TUHAN semesta alam, YHWH Zebaot (1 Sam. 4:4; bnd. 1 Sam.1:3) “yang melepaskan Israel dari tangan musuhnya (1 Sam. 4:3). “Dengan Nama YHWH Zebaot, Allah segala barisan Israel” maka Daud menghadapi dan mengalahkan Goliat (1 Sam. 17:45); sejak tabut berada di Sion, maka Allah disembah di situ dengan nama ini (Yes. 6:5; Mzm. 46:48; 84:2; Yes. 54:4-5; Mal. 1:11).[2]
Allah yang disembah di Betel dengan nama “Allah Yakub” dan di Silo dengan nama “TUHAN semesta alam”, yang melepaskan umat-Nya dari tangan musuh dengan perkasa itu, telah masuk ke Yerusalem, dimana Ia dipuji sebagai Pencipta langit dan bumi (Mzm. 24:1-2, Kej. 14:18), serta sebagai Raja Kemuliaan. Dengan demikian Allah Israel semakin dilihat sebagai Tuhan atas seluruh manusia dan dari Yerusalem itu kemuliaanNya akan dinyatakan ke seluruh bumi. Dengan membawa naik tabut TUHAN ke Yerusalem, Daud bukan hanya seorang raja yang bijaksana memilih ibu kota dan pusat ibadah yang tepat, melainkan terlebih lagi hamba TUHAN, yang menjadi saksi bagi bangsa-bangsa (Yes. 55:4) dan mempersiapkan bilmana “Rajamu datang kepadamu, Ia lembut dan mengendarai seekor keledai” (Mat. 21:5).
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Dalam Perjanjian Baru peristiwa kedatangan Tuhan sebagai Raja Kemuliaan, telah digenapi melalui peristiwa kelahiran Yesus Kristus ke dunia (bnd. Yoh.3:16). Bagi kita, raja kemuliaan adalah Yesus Kristus yang sudah menjelma menjadi manusia. Dalam diri-Nya ada kasih dan kebenaran yang hanya bisa ditemukan dalam diri-Nya. Tuhan juga menopang alam semesta ini (Ibr. 1:3). Bagi orang Israel raja kemuliaan adalah Allah yang menciptakan, menjaga, dan memelihara. Bagi kita raja kemuliaan adalah Yesus Kristus yang mampu mengalahkan kuasa dosa. Yesus datang mengalahkan kuasa dosa yang memperbudak kita. Karena dosa kita tidak bisa melakukan perbuatan yang benar, tetapi karena kebangkitan Kristus kita bisa bebas dari kunkungan dosa. Bagi orang Yahudi pintu gerbang adalah pintu gerbang Yerusalem yang dilalui umat Tuhan untuk menghadap tahta Allah. Tetapi bagi kita ketika Kristus sudah berkuasa atas hidup kita hati dan akal dibukakan oleh Yesus supaya kita bisa mendapatkan kebenaran yang lebih lagi bagi jiwa kita.
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Bekal bagi kita untuk menjiwai ibadah kita hari demi hari adalah:
Kekuasaan Allah bukan hanya di antara orang-orang percaya saja, Tuhan berkuasa di seluruh dunia ini. Dunia ini masih berada dalam kekuasaan Allah. Ada campur tangan Allah dalam dunia ini. Semangat ibadah kita bukan hanya berada dalam ruangan ibadah saja tetapi juga di luar ruangan ini. Relasi kita dengan Tuhan adalah relasi dari hati ke hati, relasi yang rohaniah. Relasi fisik juga penting tetapi bukan itu yang ditonjolkan. Kita tetap memerlukan fisik kita untuk memuji Tuhan, akan tetapi kerohanian kita memegang peranan penting.
Ibadah kita merupakan rangkaian kehidupan yang tidak pernah terputus. Perjalanan hidup kita adalah ibadah terhadap Tuhan. Hari-hari biasa sebelum hari sabat juga bernilai berharga dan layak kita bawa ke hadapan Allah sebagai ucapan syukur, bahwa Allah yang kita puji merupakan Allah yang berkuasa dalam setiap waktu di hidup kita. Ada firman Tuhan yang hidup dan menyertai kita dalam setiap pergumulan hidup. Kemudian kita dengan kepala yang terbuka dan hati yang lapang menerima kebenaran firman-Nya lagi. Dengan demikian ibadah adalah garis lurus yang membentuk sejarah kehidupan kita.
Orang yang beribadah kepada Tuhan adalah mereka yang berfokus mengandalkan Tuhan dalam setiap perjalanan hidupnya. Membawa firman Tuhan dalam kehidupan nyata bukan permasalahan yang sederhana. Oleh karenanya kita harus bersandar penuh dalam kuasa Tuhan.
Tuhan Allah dimuliakan dalam kesempatan kita bersekutu bukan terbatas pada puji-pujian atau liturgi ibadah saja, akan tetapi juga di luar liturgi kebaktian kita, di luar ibadah, dalam hidup sehari-hari. Allah yang kita sembah kita perkenalkan kepada mereka yang belum mengenal-Nya supaya mereka juga boleh mengenal Allah yang hidup melalui keletadanan yang kita tunjukkan.
Pintu gerbang yang ada di Yerusalem yang baru (surga) sudah Tuhan bukakan. Kini kita bersiap sedia menyambutNya dalam doa, pujian dan penyembahan, di setiap ibadah kita. Disinilah kita perlu memahami bahwa Tuhan Allah dalam Yesus Kristus itu, besar dan memiliki otoritas. Tuhan berkenan hadir dalam kehidupan kita dan memberi keselamatan. Sudah seharusnya kita membuka hati dengan kemurnian. Artinya kita berusaha menjaga hati ini supaya tetap berkenan kepada Tuhan karena dari situlah terpancar kehidupan (Ams. 4:23). Marilah kita mengikuti nasihat Rasul Paulus dalam Filipi 2:12, "Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar!" Demikian pun Tuhan Yesus berfirman, agar kita selalu menjaga diri dalam kewaspadaan (Luk. 12:35-40). Mari rayakan kehadiran Tuhan Allah di tengah kehidupan mu, sekalipun banyak masalah pergumulan mu. Kita bermohon dibawah otoritasNya, kiranya pandemic Covid 19 ini, segera berakhir. Biarlah pemulihan atas dunia, negara, keluarga kita masing-masing, terlebih gereja-Nya, terus mengalami pemulihan yang datangNya dari Tuhan. Sambutlah dengan sukacita, Dia yang datang sebagai Raja Kemuliaan, yaitu Yesus Kristus, Juruselamat hidup kita semua. Selamat ulang tahun HKBP Duren Sawit, 42 tahun. Selamat merayakan puncak tahun Pekabaran Injil 2020 dan selamat merayakan pesta gotilon bagi segenap kita warga jemaat. Sinur ma napinahan, gabe na niula, horas na mangulahon, marsangap ma Goar ni Tuhanta Debata. Amen.
Pdt. Mangara Pakpahan
Comments