top of page

Renungan Eksposisional Kitab Zakharia 12:10 – 13:1

Pengantar

Tulisan ini merupakan renungan eksposisional atas kitab Zakharia pasal 12:10 hingga pasal 13:1 yang berbicara mengenai bagaimana pemulihan atas Israel sebagai “umat perjanjian” (covenant people) dan “tanah” (land) sebagai tempat di atas mana mereka berdiam itu Tuhan kerjakan pada akhirnya, sebelum kemenangan-kemenangan mereka atas semua kuasa yang telah sedemikian lama menindas mereka itu (sebagaimana dimaksud oleh Zakharia pasal 12:3-9) digenapi. Pemulihan itu dinyatakan dengan gambaran Eden dan diberikan melalui pertobatan yang sejati, yang dinyatakan dengan meratapi kematian Kristus yang tertikam oleh karena dosa-dosa mereka yang berkepanjangan itu.



Pembahasan

1. Pasal 12:10. Memandang kepada Kristus.

Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.


Pencurahan roh pengasihan dan roh permohonan “atas keluarga Daud” dan “atas penduduk Yerusalem” mengingatkan pembaca pertamanya sekali lagi akan status tanah itu sebagai kelanjutan dari Eden protologis (protological Eden). Tuhan Penebuslah sesungguhnya pengusaha dan pemelihara yang setia dan penuh rahmat atas taman itu. “Keluarga Daud” dan “penduduk Yerusalem” di dalam hal ini mewakili seluruh lapisan bangsa Israel sebagai umat perjanjian, sebagaimana dikatakan oleh Keil & Delitzsch mengenai bagian ini dalam Commentary on the Old Testament, “… the purpose of expressing the thought that the same salvation is to be enjoyed by the whole nation, in all its ranks, from the first to the last.” Dalam protologi Eden itulah, roh pengasihan dan roh permohonan yang dicurahkan ini memberikan “keluarga Daud” dan “penduduk Yerusalem” hidup yang baru. Roh pengasihan menyadarkan mereka akan besarnya anugerah Tuhan. Roh permohonan menyadarkan mereka akan besarnya kebutuhan pengampunan dosa. Kesadaran akan anugerah Tuhan serta pengampunan dosa itu akan membawa mereka kepada pertobatan yang sejati.


Dalam anugerah dan pertobatan itulah, dikatakan oleh Zakharia, mereka memandang kepada dia yang telah mereka tikam itu. Terjemahan yang tepat atas teks bahasa Ibrani yang digunakan untuk menunjuk kepada obyek ratapan itu adalah “… memandang kepadaku” (Inggris: look upon me). Maka kata “dia” yang dimaksud ini tidak lain adalah Tuhan sendiri yang sedang berkata-kata melalui Zakharia (bandingkan dengan Zakharia 12:1). Itu sebab, oleh karena besarnya dosa mereka itu mereka dikatakan: meratapinya seperti orang meratapi kematian anak tunggal serta menangisinya dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung. Dengan demikian Zakharia mengarahkan kita untuk memandang kepada Kristus, sebagaimana dikutip oleh Yohanes: “… Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.” (Yohanes 19:37). Pembebasan dan pemulihan penuh atas umat dan tanah itu harus diawali dengan ratapan yang membawa mereka pada kesadaran akan anugerah dan pertobatan sejati.


2. Pasal 12:11. Kristus, yang sesungguhnya harus mereka ratapi.

Pada waktu itu ratapan di Yerusalem akan sama besarnya dengan ratapan atas Hadad-Rimon di lembah Megido.


Penyebutan “lembah Megido” dalam ayat ini mengingatkan Israel pada masa paska pembuangan di Babel (post-exilic) akan kematian seseorang yang pernah terjadi di tempat itu, yaitu raja Yosia yang terluka hingga mati dalam pertempuran melawan Firaun Nekho pada tahun 609 SM. Keil & Delitzsch mengatakan dalam buku Commentary on the Old Testament, “… The mourning of Hadad-rimmon is therefore the mourning for the calamity which befel Israel at Hadad-rimmon in the death of the good king Josiah, who was mortally wounded in the valley Megiddo.” 2 Tawarikh 35:25 mencatat bahwa “… sampai sekarang ini semua penyanyi laki-laki dan penyanyi perempuan menyanyikan syair-syair ratapan mengenai Yosia, dan mereka jadikan itu suatu kebiasaan di Israel.”


Sampai di sini, perhatikan hal berikut ini:

- Kitab Tawarikh, yang terjemahan bahasa Ibrani aslinya berarti “Peristiwa-Peristiwa Yang Terjadi Pada Waktu Itu” (The Events of the Times), ditulis oleh para imam periode post-exilic sepanjang tahun 515 SM hingga 390 SM.

- Zakharia menerima wahyu ini sekitar tahun 480 SM.

Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa ratapan Israel atas kematian Yosia itu merupakan “kebiasaan” (tradition) bangsa Israel yang telah berlangsung sedemikian lama sejak tahun 609 SM, masih berlangsung pada tahun 480 SM bahkan hingga beberapa waktu sesudahnya.


Dengan perkataan ini Tuhan menegur orang-orang sejaman Zakharia agar kembali kepada obyek ratapan mereka yang seharusnya, yaitu Mesias yang akan datang. “Kebiasaan” yang telah berlangsung ratusan tahun lamanya itu tidak boleh membuat mereka salah mengantisipasi pengharapan mereka akan pembebasan dan pemulihan penuh tanah itu. Sebesar ratapan mereka atas kematian Yosia itulah kelak mereka harus meratapi kematian Mesias yang akan menebus dosa-dosa mereka di dalam suatu perjanjian baru (new covenant).


3. Pasal 12:12-14. Setiap orang akan meratapi-Nya dengan sungguh-sungguh.

12)Negeri itu akan meratap, setiap kaum keluarga tersendiri; kaum keluarga keturunan Daud tersendiri dan isteri mereka tersendiri; kaum keluarga keturunan Natan tersendiri dan isteri mereka tersendiri; 13)kaum keluarga keturunan Lewi tersendiri dan isteri mereka tersendiri; kaum keluarga Simei tersendiri dan isteri mereka tersendiri; 14)juga segala kaum keluarga yang masih tinggal, setiap kaum keluarga tersendiri dan isteri mereka tersendiri.


Mengenai bagian ini Keil & Delitzsch mengutip apa yang Luther katakan mengenai empat kaum keluarga yang disebut Zakharia mewakili seluruh lapisan bangsa Israel:

- Dua dari suku Yehuda, yang melangsungkan garis keturunan raja: pertama-tama kaum keluarga keturunan Daud dan isteri mereka tersendiri, kemudian kaum keluarga keturunan Natan dan isteri mereka tersendiri (ayat 12).

- Dua dari suku Lewi, yang melangsungkan garis keturunan imam: pertama-tama kaum keluarga keturunan Lewi dan isteri mereka tersendiri, kemudian kaum keluarga keturunan Simei dan isteri mereka tersendiri (ayat 13).

Yehuda dan Lewi masing-masing disebutkan dalam dua lapisan, yaitu satu keluarga yang memimpin (leading family) dan satu keluarga mewakili ranting di bawahnya (subordinate branch). Maka empat kaum keluarga ini telah mewakili juga segala kaum keluarga di luar mereka, yaitu “segala kaum keluarga yang masing tinggal” (ayat 14).


Dengan menyebut dua kaum keluarga untuk masing-masing garis keturunan raja dan imam ini Zakharia bermaksud untuk menyatakan bahwa ratapan yang sungguh-sungguh atas Mesias yang mereka tikam itu kelak akan meliputi setiap individu Israel. Setiap individu akan meratap dengan penuh pertobatan, bukan karena suasana struktural dan juga bukan karena posisi hirarkis. Ratapan dan pertobatan itu akan sungguh-sungguh mereka alami sebagai individu, bukan sekadar ikut-ikutan.


4. Pasal 13:1. Protologi Eden dan air yang membasuh dosa dan kecemaran “tanah” itu.

Pada waktu itu akan terbuka suatu sumber bagi keluarga Daud dan bagi penduduk Yerusalem untuk membasuh dosa dan kecemaran.


Di ayat ini Tuhan mengaitkan ratapan seluruh lapisan dan individu Israel itu bagaikan suatu pancuran air yang akan membersihkan dosa dan kecemaran mereka. Pembasuhan itu sekali lagi digambarkan dalam protologi Eden. Dalam protologi ini Tuhan sendiri digambarkan bertindak sebagai “pengusaha” dan “pemelihara” yang sesungguhnya atas “keluarga Daud” dan “penduduk Yerusalem”. Kini, pengusahaan dan pemeliharaan taman yang dilakukan dengan mengairi dan membasahinya tiba pada puncaknya, yaitu dengan membasuh dosa dan kecemaran “taman” itu.


Pembasuhan atas dosa dan kecemaran “keluarga Daud” dan “penduduk Yerusalem” itu menunjuk pada revitalisasi penuh atas umat dan tanah itu pada masa yang akan datang. Perhatikan dua hal ini:

- Perkataan Tuhan kepada Israel melalui Yehezkiel: “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.” (Yehezkiel 36:25).

- Tuhan Yesus sendiri menegaskan hal ini: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” (Yohanes 7:38). Tuhan Yesus menunjuk pada Roh Kudus “yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; …” (Yohanes 7:39).


Ratapan Israel yang penuh pertobatan itu kelak membuka jalan bagi pengampunan dan penyucian mereka. Itulah waktunya revitalisasi penuh mereka sebagai “umat perjanjian” dan “tanah” yang di atasnya itu mereka berdiam.



Kesimpulan

1. Tuhan tetap setia dengan perjanjian-Nya. Sekali pun keadaan umat Tuhan dan tanah itu, bagi orang-orang sejaman Zakharia, sangat jauh dari keadaan sebagaimana dimaksud dalam kitab Zakharia pasal 12:3-9, mereka diingatkan untuk dengan iman menatap masa yang akan datang dengan menantikan Dia, yaitu Yesus Kristus, Tuhan, yang akan datang untuk menggenapi rencana eskatologis Tuhan atas tanah itu. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibrani 11:1). Pemberesan dan pemulihan penuh atas umat (people) dan tanah (land) itu, pertama-tama harus melalui pencurahan darah Anak Allah, Yesus Kristus, yang telah mereka tikam itu. Untuk itu Ia harus terlebih dahulu datang mengambil rupa yang sama dengan kita dan hidup di tengah-tengah kita, umat-Nya.


Dalam hal ini demikianlah sebagai jemaat HKBP Duren Sawit yang baik seharusnya dalam menatap masa depan ini kita harus memandang dengan sungguh-sungguh hanya kepada Tuhan Yesus Kristus, bukan kepada hal-hal duniawi yang tidak bernilai kekal. Menjadi anak pendeta atau anak sintua atau anak pengurus gereja bukanlah jaminan bahwa kita akan mengenal Kristus dengan sungguh-sungguh. Hal itu hanya mungkin apabila setiap kita mengalami pertobatan yang sejati sebagai pribadi. Pertobatan dan hidup Kristen yang sejati merupakan anugerah Tuhan kepada individu.


2. Kini di dalam Dia, pengasihan dan kemurahan Tuhan yang turun “atas keluarga Daud” dan “atas penduduk Yerusalem” itu juga telah turun atas kita. Eden protologis itu masih berlanjut dan telah meluas hingga seluas dunia di mana kita hidup sekarang, hal mana dimaksud oleh Tuhan Yesus, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” (Matius 28:19). Tidak hanya sampai di situ, Eden protologis itu masih akan terus meluas hingga turunnya Eden eskatologis, hal mana dimaksud oleh Yohanes, “Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, ...” (Wahyu 21:2). Di dalam Eden eskatologis itulah terdapat “sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba …” (Wahyu 22:1), sesuatu yang Israel sejak lama dan kita sekarang nantikan.


Demikianlah juga saat ini gereja kita, HKBP Duren Sawit, seharusnya merupakan suatu miniatur atau bayang-bayang (foreshadow) dari Yerusalem baru, yang hadir di dalam konteks kota Jakarta dengan segala kompleksitasnya.



Penutup

Hendaklah setiap kita merenungkan dengan sungguh-sungguh apa yang Tuhan Yesus telah kerjakan bagi kita sehingga semua anugerah sorgawi Allah, Bapa kita itu, senantiasa berlimpah atas kita semua dan dengan demikian hati kita akan bersyukur dan bersukacita. Tuhan memberkati.




St. Jessy Victor Hutagalung, SE

HKBP Duren Sawit, Lingkungan Kav.AL

Anggota Sie IT & Multi Media

Comments


bottom of page